Sunday, March 29, 2015

Review Where The Mountain Meets The Moon by Grace Lin || Terkadang Jawaban yang Kau Cari itu Begitu Sederhana



Judul Buku: Where the Mountain Meets the Moon (Tempat Gunung Berjumpa Rembulan)
Pengarang: Grace Lin
Penerjemah: Berliani M. Nugrahani
Bahasa: Indonesia terjemahan
Penerbit: Atria
Tebal Halaman dan ukuran: 266 + vi
Tahun Terbit: 2010
ISBN: 978-979-024-460-3


Pada dahulu kala, hiduplah seorang gadis kecil bernama Minli dengan kedua orang tuanya di kaki gunung yang hitam dan gersang. Desanya suram dan cokelat karena kemiskinan dan kesulitan yang terus melanda. Saking gersangnya, tidak ada satupun tanaman dan binatang yang hidup di gunung itu. Tanahnya kering dan harus selalu dialiri air agar dapat ditanami. Hanya Minli yang tidak suram dan cokelat, rambutnya hitam dan pipinya merah berseri. Ini karena ayahnya selalu menceritakan dongeng-dongeng yang menarik mengenai gunung hitam mereka yang disebut Gunung Nirbuah, hakim harimau yang kejam, serta kakek rembulan yang mengetahui segalanya.

Hingga suatu hari Minli memutuskan untuk merubah peruntungan di desanya. Berbekal tekad dan keinginan yang kuat, berangkatlah Minli meninggalkan rumah dalam perjalanannya mencari kakek rembulan. Perjalanan panjang nan menakjubkan yang merupakan jalinan kisah dari dongeng-dongeng ayahnya serta orang-orang yang ditemui selama pencariannya.

Pertama kali melihat buku ini, saya langsung tertarik pada covernya yang didominasi oleh warna kesukaan saya, biru. Ditambah lagi ornamen berwarna warni khas negeri tirai bambu, serta gambar gadis Cina yang menaiki naga besar berwarna merah. Melihat judulnya, “Where the Mountain Meets the Moon”... sepertinya puitis dan romantis, cocok untuk orang melankolis seperti saya. Sekali pandang saya tidak terlalu yakin kalau ini buku untuk anak-anak, ditambah lagi tidak ada sinopsis untuk menggambarkan isi buku. Tapi ini semakin menambah keinginan saya untuk membaca. Akhirnya, rasa penasaran mengalahkan segalanya dan sah-lah buku ini menjadi milik saya.

Memang tidak salah, buku ini indah, untuk kalangan novel terjemahan anak-anak yang biasanya hanya hitam putih, novel ini semi berwarna. Halaman-halamannya, walaupun tidak semua, dihiasi ornamen cina berwarna biru serta ada beberapa halaman yang dipenuhi gambar full colour. Dengan kertas yang ringan dan ukuran sebesar 20cm x 13cm membuat buku ini nyaman untuk dipegang. Lalu, ukuran huruf yang digunakan cukup besar dan spasi antar baris cukup lebar membuat buku ini enak di mata.

Jalan cerita yang ada mudah dimengerti selayaknya buku anak-anak tanpa makna ganda. Kata-kata dituliskan dan diceritakan secara gamblang sebagaimana adanya membuat buku ini mudah dibaca dan tidak membutuhkan konsentrasi tinggi. Cocok sebagai bacaan ringan sembari minum kopi di sore hari.

Cerita di dalam buku ini adalah kumpulan dongeng-dongeng negeri Cina yang saling terhubung satu sama lainnya. Dengan apiknya, Grace Lin bisa membuat alur cerita yang luwes dan mengalir. Melalui berbagai dongeng di buku ini, digambarkan bahwa setiap hal itu berhubungan, bagaikan diikat benang takdir berwarna merah.

Karakter Minli yang optimis dan senang menolong orang membuatnya bertemu dengan banyak orang dan memahami banyak hal. Tentang gunung Nirbuah yang katanya berasal dari hati seekor naga yang patah hati. Naga yang terlahir dari lukisan. Hakim kejam dengan julukan Hakim Harimau yang mencari kertas kebahagiaan. Hingga Kakek Rembulan yang bertugas untuk mengikat benang takdir manusia.

Akhirnya sangat indah dan membuat saya meneteskan air mata karena perasaan sesal atas kelemahan saya sebagai manusia. Ini adalah rahasia kebahagiaan, jawaban atas pertanyaan Minli kepada Kakek Rembulan tentang cara mengubah peruntungan di desanya. Apakah itu? Silakan cari dan baca novelnya. Cukup menarik jika ingin bacaan yang ringan dan penuh dengan dongeng

Rating:4.5/5


0 comments:

Post a Comment

Hello.. Leave your messages here and i would gladly respond to it! Cheers!!